JMDN logo

Kreasi Botol Plastik Bekas jadi Feromon Trap, Solusi Pengendalian Lalat Buah di Desa Kelir

📍 JAWA TIMUR - KAB. BANYUWANGI - Kec. Kalipuro - Desa KelirInnovasi Desa
15 Juli 2025
60 views
Kreasi Botol Plastik Bekas jadi Feromon Trap, Solusi Pengendalian Lalat Buah di Desa Kelir

Kelir, Banyuwangi (JMDN) - Permasalahan sampah plastik dan serangan hama lalat buah menjadi dua tantangan nyata bagi petani hortikultura di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro. Menjawab persoalan ini, mahasiswa Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya 2025 Kelompok 43 mengenalkan inovasi Feromon Trap berbahan botol plastik bekas sebagai langkah pengendalian hama sekaligus pengelolaan sampah berbasis daur ulang.


Budidaya tanaman cabai dan tomat yang menjadi komoditas potensial di Desa Kelir kerap terkendala serangan lalat buah (Bactrocera spp.) yang merusak hasil panen. Lalat buah dikenal sebagai salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) paling merugikan karena menyerang berbagai jenis tanaman inang seperti mangga, jambu biji, belimbing, pepaya, jeruk, melon, mentimun, hingga terung.


Penggunaan Feromon Trap dengan atraktan metil eugenol menjadi alternatif pengendalian hama yang bersifat ekologis. Selain menekan populasi lalat buah jantan, inovasi ini juga mengurangi ketergantungan petani pada pestisida kimia yang berpotensi merusak keseimbangan agroekosistem.



Sosialisasi dan praktik pembuatan Feromon Trap dilaksanakan pada Selasa, 9 Juli 2025 di Balai Desa Kelir. Kegiatan ini dipandu oleh Shafira Hari Putri, mahasiswa Fakultas Pertanian yang tergabung dalam tim MMD UB 2025 Kelompok 43, bersama seluruh anggota tim. Kegiatan diikuti antusias oleh para petani, ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan), dan masyarakat Desa Kelir.


Proses pembuatannya cukup sederhana. Botol plastik bekas dilubangi pada bagian dinding atas dan tutupnya, kemudian dipasangi kawat untuk menggantung kapas. Kapas ditetesi metil eugenol sebagai senyawa penarik lalat buah jantan. Air detergen ditambahkan ke dalam botol sebagai larutan penjebak. Setelah itu, perangkap digantung di pohon dengan jarak sekitar 20 meter antar perangkap agar efektif memutus siklus perkembangbiakan lalat buah.


Setiap petani yang hadir diberikan kesempatan untuk membuat Feromon Trap secara langsung dan membawa pulang hasilnya beserta cairan metil eugenol untuk dipasang di lahan masing-masing.


Sebagai tindak lanjut, Feromon Trap yang telah dibuat langsung dipasang di salah satu lahan budidaya tomat di Dusun Kopenbayah, Desa Kelir. Hasil uji coba menunjukkan perangkap mampu menjerat hama lalat buah dalam jumlah signifikan, membuktikan efektivitas metode ini.


Kepala Desa Kelir, Moh. Indra Fajar Aulia, S.Tr.P., menyampaikan apresiasi atas inisiatif mahasiswa MMD UB 2025 ini. Beliau berharap program seperti ini bisa terus dikembangkan agar petani semakin mandiri dalam menerapkan teknologi ramah lingkungan sekaligus sadar pentingnya pengelolaan sampah plastik.


Dengan adanya Feromon Trap dari botol plastik bekas, Desa Kelir mengambil langkah nyata menuju pertanian berkelanjutan yang produktif, ramah lingkungan, dan mendukung terwujudnya desa yang bersih dari sampah anorganik.


 


Musolli - Jurnalis Desa & KKN MMD UB Kelompok 43

Berita Populer

Berita Populer