Menhut-Menpar Sinergikan Peningkatan Keselamatan Destinasi Wisata

Jakarta, 29/7 (ANTARA) - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni dan Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana menjajaki kolaborasi strategis terkait konservasi sumber daya alam, pengembangan pariwisata berkelanjutan, dan keselamatan pelancong utamanya di destinasi wisata alam.
Menhut dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa, mengatakan hal itu merespons insiden dan kecelakaan yang terjadi di jalur pendakian Gunung Rinjani, belakangan ini.
“(Kami) Menekankan pentingnya perbaikan manajemen pendakian, termasuk pemeringkatan tingkat kesulitan jalur pendakian, penerapan sistem kuota, serta penyusunan standar operasional prosedur (SOP) pendakian yang lebih baik,” kata dia.
Sependapat, Menpar Widiyanti menyatakan dukungan terhadap penguatan aspek keselamatan dan pengelolaan risiko di destinasi wisata.
“Insiden di Rinjani menjadi pengingat bagi kita semua bahwa intervensi lintas sektor diperlukan. Kita akan bentuk tim kerja bersama untuk peningkatan standar keselamatan di destinasi wisata alam,” ujar Widiyanti.
Lebih lanjut, ia juga menegaskan bahwa sektor konservasi memiliki hubungan erat dengan pengembangan pariwisata.
“Wisata yang berkelanjutan tidak mungkin terwujud tanpa perlindungan terhadap alam. Sinergi ini sangat penting untuk masa depan pariwisata Indonesia,” kata dia lagi.
Selain itu, Menhut dan Menpar juga sepakat untuk menindaklanjuti kerja sama melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) sebagai landasan kolaborasi program ke depan.
Tak hanya itu, pertemuan ini juga membahas pemanfaatan hibah dari Zayed Foundation (Uni Emirat Arab) senilai 4,7 juta dolar Amerika Serikat/AS (sekitar Rp76,9 miliar) untuk mendukung program konservasi komodo dan kawasan sekitarnya.
Dana hibah tersebut diharapkan menjadi katalis penting dalam penguatan perlindungan spesies langka sekaligus mendukung pengembangan wisata alam berbasis konservasi.
Raja Antoni juga menegaskan arah pengembangan wisata alam Indonesia harus berpijak pada prinsip ekowisata, bukan pariwisata massal.
“Tren wisata alam yang meningkat saat ini memang menggembirakan. Namun, kita tidak bisa hanya mengandalkan semangat FOMO (fear of missing out). Wisata alam harus mengandung nilai edukasi dan kultural. Kita cari titik temu antara konservasi dan pariwisata yang bertanggung jawab,” ujar Menhut pula. (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)
📬 Berlangganan Newsletter
Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.