Komisi VII: Pelaku Wisata-UMKM Harus Kreatif Jadikan Siak Wisata Utama

Jakarta, 26/7 (ANTARA) - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengingatkan para pelaku wisata lokal hingga sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus kreatif untuk menjadikan Kabupaten Siak, Provinsi Riau, sebagai kawasan wisata utama yang berdaya tarik tinggi di tanah air, bukan hanya pelengkap.
“Para pelaku wisata harus semakin kreatif. Bagaimana mereka menciptakan industri wisata yang berdaya tarik tinggi. Jika dikelola dengan serius, travel agent dan pelaku wisata bisa menjadikan Siak sebagai destinasi utama, bukan sekadar pelengkap,” kata Saleh dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Setelah kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Kabupaten Siak, Riau (25/7), ia menilai dengan sejarah kejayaannya sebagai pusat Kesultanan Melayu, maka keberhasilan mengangkat nama Siak di kancah pariwisata nasional tidak bisa hanya mengandalkan keindahan Istana Siak semata.
"Tetapi harus ditopang oleh kreativitas industri wisata dan dukungan infrastruktur pendukung," ucapnya.
Menurut dia, potensi pariwisata yang dimiliki Siak pun dapat disejajarkan dengan destinasi besar lain di Indonesia seperti Bali, Borobudur, Labuan Bajo, Danau Toba, hingga Raja Ampat.
Namun, dia mengingatkan diperlukan langkah pembenahan yang menyeluruh untuk mencapai level tersebut, salah satunya ialah memperkuat ekosistem UMKM yang tidak hanya menjadi penggerak ekonomi lokal, tetapi bagian dari pengalaman wisata yang berkesan.
Selanjutnya, dia menekankan pentingnya renovasi Istana Siak yang tidak boleh berhenti pada aspek fisik bangunan semata.
“Renovasi istana perlu, tetapi wisatawan juga mencari pengalaman lain. Harus ada pusat belanja, pusat oleh-oleh khas Melayu, yang mudah dijangkau. Kalau semua fasilitas masih terpencar, daya tariknya jadi kurang kuat,” tuturnya.
Dia menyebut Siak dapat menerapkan konsep serupa yang ada di Bali, di mana wisatawan dengan mudah menemukan pusat oleh-oleh dan kerajinan lokal dalam satu kawasan terpadu.
“Kalau kita bicara pariwisata modern, wisatawan sekarang mencari paket lengkap. Mereka ingin sejarah, kuliner, suvenir, dan pengalaman lokal dalam satu perjalanan. Siak punya modal budaya yang kuat, tinggal bagaimana kita kemas agar menarik,” katanya.
Dengan demikian, lanjut dia, para pelaku UMKM dapat memperoleh akses pasar yang lebih luas, sementara wisatawan pun merasakan kemudahan dan kenyamanan saat berkunjung.
"Bayangkan kalau wisatawan datang ke Siak, mereka tidak hanya melihat istana, tapi juga menikmati kuliner khas, belajar menenun, membeli suvenir unik, dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Itu yang akan membuat mereka ingin kembali lagi," ujarnya.
Dia pun mengingatkan pentingnya UMKM di Siak meningkatkan kualitas produk dan kemasan agar mampu bersaing dengan daerah lain yang tidak cukup hanya mengandalkan volume produksi, tetapi harus ada sentuhan inovasi, cerita di balik produk, hingga branding yang melekat pada identitas budaya Melayu.
“Misalnya, kain tenun Siak atau makanan khas Melayu bisa dikemas secara modern tanpa menghilangkan keasliannya. Kalau kemasannya menarik, wisatawan akan lebih tertarik membeli, bahkan untuk dijadikan oleh-oleh premium,” ujarnya.
Saleh menyoroti pula pentingnya dukungan promosi melalui berbagai saluran agar potensi wisata Siak terekspos secara optimal, mulai dari media sosial, kerja sama dengan travel agent, hingga peran media penyiaran publik.
Selain itu, dia menekankan perlunya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah sebab dibutuhkan koordinasi lintas sektor dalam pengembangan pariwisata, mulai dari perencanaan infrastruktur, pemberdayaan pelaku usaha, hingga pengembangan paket wisata berbasis budaya.
“Kalau semua pihak bergerak bersama, hasilnya akan lebih besar. Pemerintah pusat bisa membantu dari sisi regulasi dan promosi nasional, sementara pemerintah daerah fokus pada pengelolaan destinasi dan pembinaan UMKM. Kita butuh visi yang sama: menjadikan Siak sebagai kebanggaan pariwisata budaya Indonesia,” paparnya.
Saleh pun optimistis, Siak bisa menembus peta pariwisata kelas dunia dengan pengelolaan yang tepat di tengah tren wisata berbasis budaya yang kian diminati.
"Wisatawan mencari pengalaman autentik, jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Siak, dengan keaslian budaya dan keramahan masyarakatnya, memiliki modal besar untuk menjawab tren tersebut," katanya.
Dia lantas melanjutkan, "Tinggal bagaimana kita memolesnya. Potensi sudah ada. Kalau ini dilakukan secara konsisten, saya yakin Siak akan menjadi destinasi unggulan yang bukan hanya dikenal di dalam negeri, tapi juga di mata dunia." (ANTARA/Melalusa Susthira Khalida)
📬 Berlangganan Newsletter
Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.